• ||KONSULTASI KESEHATAN - WANITA||HAID||STRES||ANYANG"​||KESUBURAN||BUMIL||HEPATITIS||HIV-AIDS||

Sabtu, 22 Juni 2013

DISMENORE

BAB I
PENDAHULUAN

Nyeri saat haid merupakan keluhan yang sering dijumpai di kalangan wanita usia subur, yang menyebabkan para wanita tersebut pergi ke dokter untuk berobat dan berkonsultasi. Dismenore terdapat pada 30-75% dari populasi dan kira-kira separuhnya memerlukan pengobatan. 1,2,3

Kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi disebut juga dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi. Pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari-hari. 2,5,6

Rasa sakit saat haid biasanya berkaitan dengan kontraksi otot rahim untuk meluruhkan lapisan dinding rahim. Tapi kadar sakitnya berbeda-beda. Ada yang tidak terasa sama sekali, tapi ada juga yang sampai pingsan menahan sakit. 3,7

Wanita yang tidak berovulasi cenderung untuk tidak menderita kram menstruasi. Hal ini sering terjadi pada mereka yang baru saja mulai menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB. Kelahiran bayi sering merubah gejala-gejala menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik. 1,3,7
Ada dua jenis nyeri haid, yaitu primer dan sekunder. Pembagian ini atas dasar sudah diketahui sebabnya dan yang belum diketahui sebabnya. Pada yang primer biasanya terjadi pada umur kurang 20 tahun dan biasanya bisa hilang bila yang bersangkutan hamil. Sebaliknya yang sekunder terjadi pada umur lebih 20 tahun dan biasanya dijumpai adanya kelainan pada alat kelamin dalam, seperti infeksi, tumor atau perlekatan. 2,6,7,9


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Dismenore adalah nyeri yang bersifat cramping (dipuntir-puntir), di bagian bawah perut, punggung bawah bahkan sampai paha. Nyeri ini timbul besamaan dengan haid, sebelum haid atau bisa juga segera setelah haid. Nyeri haid ini bisa sedemikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. 3,5,6,7
.
2.2. Patofisiologi

Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar prostaglandin meningkat.2,5,6,7

Hasil penelitian medis membuktikan bahwa kram saat haid berhubungan erat dengan hormon. Ternyata kram saat haid disebabkan adanya kelebihan produksi prostaglandin (hormon pengontrol kontraksi uterin) dan penurunan tingkat progesteron. Dan kelebihan estrogen yang meningkatkan terjadinya penghambatan cairan dan mineral juga memperburuk keadaan. 1,6,7,9

2.3. Faktor Risiko

Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama. Sedangkan dismenore sekunder seringkali mulai timbul pada usia 20 tahun. 1,2
Faktor lainnya yang bisa memperburuk dismenore adalah: 4,5,6
- rahim yang menghadap ke belakang (retroversi)
- kurang berolah raga
- stres psikis atau stres sosial



2.4.  Klasifikasi  2,3,6,7

2.4.1. Dismenore primer
Sering juga disebut sebagai dismenore sejati, intrinsik, esensial, idiopatik atau fungsional. Nyeri haid timbul sejak menars, biasanya pada bulan-bulan atau tahun-tahun pertama haid. Biasanya terjadi pada usia antara 15 sampai 25 tahun dan kemudian hilang pada usia akhir 20-an atau awal 30-an. Tidak dijumpai kelainan alat-alat kandungan.

2.4.2. Dismenore sekunder
Sering disebut sebagai dismenore ekstrinsik, yang diperoleh atau acquired. Dimulai pada usia dewasa, menyerang wanita yang semula bebas dari dismenore. Disebabkan oleh adanya kelainan alat-alat kandungan.

2.5.  Etiologi dan Gejala

2.5.1. Dismenore Primer 3,6,7,8
Rasa nyeri di perut bagian bawah, menjalar ke daerah pinggang dan paha. Kadang-kadang disertai mual, muntah, diare, sakit kepala dan emosi yang labil. Nyeri timbul sebelum haid dan berangsur hilang setelah darah haid keluar.
Etiologinya belum jelas tetapi umumnya berhubungan dengan siklus ovulatorik. Beberapa faktor yang diduga berperan dalam timbulnya dismenore primer, yaitu :

a) Prostaglandin
Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa peningkatan kadar prostaglandin (PG) penting peranan-nya sebagai penyebab terjadinya dismenore. Terjadinya spasme miometrium dipacu oleh zat dalam darah haid, mirip lemak alamiah yang kemudian diketahui sebagai prostaglandin. Kadar zat ini meningkat pada keadaan dismenore dan ditemukan di dalam otot uterus.
Suatu penelitian mendapatkan bahwa kadar PGE dan PGF alfa sangat tinggi dalam endometrium, miometrium dan darah haid wanita yang menderita dismenore primer. PG menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut saraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar PG dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intra uterus sampai 400 mm Hg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Atas dasar itu disimpulkan bahwa PG yang dihasilkan uterus berperan dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium. Selanjutnya kontraksi miometrium yang disebabkan oleh PG akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibat-kantimbulnya nyeri spasmodik. Jika PG dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenore timbul pula pengaruh umum lainnya seperti diare, mual, muntah.

b) Hormon steroid seks
Dismenore primer hanya terjadi pada siklus ovulatorik. Artinya, dismenore hanya timbul bila uterus berada di bawah pengaruh progesteron. Sedangkan sintesis PG berhubungan dengan fungsi ovarium. Kadar progesteron yang rendah akan menyebabkan terbentuknya PGF-alfa dalam jumlah yang banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat regresi corpus luteum menyebabkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis PG melalui perubahan fosfolipid menjadi asam arakhidonat.
Ada penelitian yang menemukan bahwa kadar estradiol lebih tinggi pada wanita yang menderita dismenore dibandingkan wanita normal. Estradiol yang tinggi dalam darah vena uterina dan vena ovarika disertai kadar PGF-alfa yang juga tinggi dalam endometrium.

c) Sistim saraf (neurologik)
Uterus dipersarafi oleh sistim saraf otonom (SSO) yang terdiri dari sistim saraf simpatis dan parasimpatis. Dismenore ditimbulkan oleh ketidakseimbangan pengendalian SSO terhadap miometrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh saraf simpatik sehingga serabut-serabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik.

d) Vasopresin
Wanita dengan dismenore primer ternyata memiliki kadar vasopresin yang sangat tinggi dan berbeda bermakna dari wanita tanpa dismenore. Ini menunjukkan bahwa vasopresin dapat merupakan faktor etiologi yang penting pada dismenore primer. Pemberian vasopresin pada saat haid menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus dan berkurangnya darah haid. Namun demikian peranan pasti vasopresin dalam mekanisme dismenore sampai saat ini belum jelas.

e) Obstruksi kanalis servikalis
Salah satu teori yang paling tua dalam menerangkan terjadinya dismenore primer adalah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus hiperantefleksi mungkin dapat menyebabkan stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai factor yang penting sebagai penyebab dismenore prmer.

f) Psikis
Semua nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf pusat, khususnya talamus dan korteks. Derajat penderitaan yang dialami akibat rangsang nyeri tergantung pada latar belakang pendidikan penderita. Pada dismenore, faktor pendidikan dan faktor psikis sangat berpengaruh. Nyeri dapat dibangkitkan atau diperberat oleh keadaan psikis penderita. Seringkali segera setelah perkawinan dismenore hilang dan jarang masih menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologik pada genitalia maupun perubahan psikis.

2.5.2. Dismenore Sekunder 2,6,7,8
Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Penyebab dari dismenore sekunder adalah: endometriosis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii, perlengketan abnormal antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD.

2.5.3. Perbandingan Gejala Dismenore Primer dengan Dismenore Sekunder 2,8,9
Dismenore Primer
Dismenore Sekunder
usia lebih muda
usia lebih tua
timbul segera setelah terjadinya siklus haid yang  teratur (ovulatoir)
tidak tentu
sering pada nulipara
tidak berhubungan dengan paritas
nyeri sering terasa sebagai  kejang uterus dan  spastik
nyeri terus-menerus dan tumpul
nyeri timbul mendahului haid, meningkat pada hari I dan II dan kemudian menghilang dengan keluarnya darah  haid
nyeri mulai pada saat haid, meningkat sesuai dg banyaknya darah dan menghilang bersamaan dengan keluarnya darah haid
sering memberikan respons terhadap pengobatan medika mentosa
sering memerlukan tindakan operatif

sering disertai mual, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala
Tidak didapatkan gejala seperti dismenore primer

2.6. DIAGNOSA

Diagnosa dismenore didasari atas ketidaknyamanan saat menstruasi. Perubahan apapun pada kesehatan reproduksi, termasuk hubungan badan yang sakit dan perubahan pada jumlah dan lama menstruasi, membutuhkan pemeriksaan ginekologis. Perubahan-perubahan seperti itu dapat menandakan sebab dari dismenore sekunder. 1,2,5

2.7. PENATALAKSANAAN

Pertambahan umur dan kehamilan akan menyebabkan menghilangnya dismenore primer. Hal ini diduga terjadi karena adanya kemunduran saraf rahim akibat penuaan dan hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan. 1,5,6
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi. Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi. 1,2,5,6

2.6.1 Dismenore Primer 2,6,7,8
a. Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan pada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diberi penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi tentang haid atau adanya tabu atau takhyul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna.

b. Psikoterapi
Kadang-kadang pada penderita dengan dismenore primer diperlukan psikoterapi, seperti :
- istirahat yang cukup
- olahraga yang teratur (terutama berjalan)
- pemijatan
- yoga
- orgasme pada aktivitas seksual
- kompres hangat di daerah perut

c. Medikamentosa
- Analgetika
Untuk nyeri ringan dapat diberi aspirin, asetaminofen, propoksifen. Sedangkan untuk nyeri yang berat dapat diberi prometazin, oksikodon, butalbital. Selain itu diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah.

- Sediaan hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah untuk menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Dapat diberikan progestin, pil kontrasepsi (estrogen rendah dan progesteron tinggi).    

- Obat nonsteroid antiprostaglandin
Pengobatan ini memegang peranan yang makin penting terhadap dismenore primer. Kira-kira 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.
Jenis obat
Dosis
Frekuensi
aspirin
650 mg
4-6 kali/hari
indometasin
25 mg
3-4 kali/hari
fenilbutazon
100 mg
4 kali/hari
ibuprofen
400-600 mg
3 kali/hari
naproksen
250 mg
2 kali/hari
asam mefenamat
250 mg
4 kali/hari
asam meklofenamat
50-100 mg
3 kali/hari

d. Dilatasi kanalis servikalis
Tindakan ini dapat memberi keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya. Neurektomi prasakral ditambah dengan neurektomi ovarial merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-usaha lain gagal.
2.6.2 Dismenore Sekunder 2,6,7,8
Pada prinsipnya pengobatan pada kasus nyeri haid sekunder adalah eliminasi penyebab patologis terjadinya nyeri. Pengobatan ditujukan mencari dan menghilangkan penyebabnya, disamping pemberian obat-obat bersifat simtomatik.


BAB III
KESIMPULAN

Dismenore adalah nyeri yang bersifat cramping (dipuntir-puntir), di bagian bawah perut, punggung bawah bahkan sampai paha. Nyeri ini timbul besamaan dengan haid, sebelum haid atau bisa juga segera setelah haid.
Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar prostaglandin meningkat.
Ada dua jenis nyeri haid, yaitu primer dan sekunder. Pembagian ini atas dasar sudah diketahui sebabnya dan yang belum diketahui sebabnya. Pada yang primer biasanya terjadi pada umur kurang 20 tahun dan biasanya bisa hilang bila yang bersangkutan hamil. Sebaliknya yang sekunder terjadi pada umur lebih 20 tahun dan biasanya dijumpai adanya kelainan pada alat kelamin dalam, seperti infeksi, tumor atau perlekatan.
Gejala dismenore berupa nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah.

Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi. Pertambahan umur dan kehamilan akan menyebabkan menghilangnya dismenore primer. Hal ini diduga terjadi karena adanya kemunduran saraf rahim akibat penuaan dan hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan.



DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, Berbagai Keluhan di Masa Haid , www.kompas.com.
2. Anonim, Dismenore, www.yayasanpermatakita.com.
3. Anonim, Nyeri haid, www.eMedicine.com.
4. Anonim, Nyeri Haid Bisa Karena Stres, www.kompas.com.
5. Anonim, Nyeri Menstruasi ( Dismenore ), www.kesehatan.com.
6. Baziad A. et all, 2005, Ilmu Kandungan, 2nd ed., Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jak.
7. Cunningham, F. Gary, M.D.; Obstetri Williams Vol. 2, Ed. 21; Jakarta, EGC, 2006.

8. Galya Junizar, Sulianingsih, Dharma K. Widya, Pengobatan Dismenore secara Akupunktur, www.eMedicine.com.


9. Mochtar, Rustam; Sinopsis Obstetri Jilid 2, Ed. 2; Jakarta, EGC, 1998.

                                                                                                                                        (Typed by bajajkt)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar