BAB
I
PENDAHULUAN
Nyeri saat haid merupakan keluhan yang sering dijumpai di kalangan
wanita usia subur, yang menyebabkan para wanita tersebut pergi ke dokter untuk
berobat dan berkonsultasi. Dismenore terdapat pada 30-75% dari populasi dan
kira-kira separuhnya memerlukan pengobatan. 1,2,3
Kram, nyeri dan ketidaknyamanan
lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi disebut juga dismenore. Kebanyakan
wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi. Pada beberapa wanita, hal itu
muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang
lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari-hari. 2,5,6
Rasa sakit saat haid biasanya berkaitan dengan kontraksi otot
rahim untuk meluruhkan lapisan dinding rahim. Tapi kadar sakitnya berbeda-beda.
Ada yang tidak terasa sama sekali, tapi ada juga yang sampai pingsan menahan
sakit. 3,7
Wanita yang tidak berovulasi
cenderung untuk tidak menderita kram menstruasi. Hal ini sering terjadi pada
mereka yang baru saja mulai menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB.
Kelahiran bayi sering merubah gejala-gejala menstruasi seorang wanita, dan
sering menjadi lebih baik. 1,3,7
Ada dua jenis nyeri
haid, yaitu primer dan sekunder. Pembagian ini atas dasar sudah diketahui
sebabnya dan yang belum diketahui sebabnya. Pada yang primer biasanya terjadi
pada umur kurang 20 tahun dan biasanya bisa hilang bila yang bersangkutan
hamil. Sebaliknya yang sekunder terjadi pada umur lebih 20 tahun dan biasanya
dijumpai adanya kelainan pada alat kelamin dalam, seperti infeksi, tumor atau
perlekatan. 2,6,7,9
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Definisi
Dismenore
adalah nyeri yang bersifat cramping
(dipuntir-puntir), di bagian bawah perut, punggung bawah bahkan sampai
paha. Nyeri ini timbul besamaan dengan haid, sebelum haid atau bisa juga segera
setelah haid. Nyeri haid ini bisa sedemikian hebatnya, sehingga
memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup
sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. 3,5,6,7
.
2.2. Patofisiologi
Patofisiologi
dismenore sampai saat ini masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin
banyak digunakan dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar prostaglandin
meningkat.2,5,6,7
Hasil penelitian medis membuktikan bahwa kram saat haid
berhubungan erat dengan hormon. Ternyata kram saat haid disebabkan adanya
kelebihan produksi prostaglandin (hormon pengontrol kontraksi uterin) dan
penurunan tingkat progesteron. Dan kelebihan estrogen yang meningkatkan
terjadinya penghambatan cairan dan mineral juga memperburuk keadaan. 1,6,7,9
2.3. Faktor Risiko
Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3
tahun setelah menstruasi pertama. Sedangkan dismenore sekunder seringkali mulai
timbul pada usia 20 tahun. 1,2
Faktor lainnya
yang bisa memperburuk dismenore adalah: 4,5,6
- rahim yang menghadap ke belakang (retroversi)
- kurang berolah raga
- stres psikis atau stres sosial
- rahim yang menghadap ke belakang (retroversi)
- kurang berolah raga
- stres psikis atau stres sosial
2.4. Klasifikasi
2,3,6,7
2.4.1.
Dismenore primer
Sering juga disebut sebagai dismenore
sejati, intrinsik, esensial, idiopatik atau fungsional. Nyeri haid timbul sejak
menars, biasanya pada bulan-bulan atau tahun-tahun pertama haid. Biasanya
terjadi pada usia antara 15 sampai 25 tahun dan kemudian hilang pada usia akhir
20-an atau awal 30-an. Tidak dijumpai kelainan alat-alat kandungan.
2.4.2.
Dismenore sekunder
Sering
disebut sebagai dismenore ekstrinsik, yang diperoleh atau acquired. Dimulai
pada usia dewasa, menyerang wanita yang semula bebas dari dismenore. Disebabkan
oleh adanya kelainan alat-alat kandungan.
2.5. Etiologi dan Gejala
2.5.1.
Dismenore Primer 3,6,7,8
Rasa
nyeri di perut bagian bawah, menjalar ke daerah pinggang dan paha.
Kadang-kadang disertai mual, muntah, diare, sakit kepala dan emosi yang labil.
Nyeri timbul sebelum haid dan berangsur hilang setelah darah haid keluar.
Etiologinya
belum jelas tetapi umumnya berhubungan dengan siklus ovulatorik. Beberapa
faktor yang diduga berperan dalam timbulnya dismenore primer, yaitu :
a)
Prostaglandin
Penyelidikan
dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa peningkatan kadar prostaglandin
(PG) penting peranan-nya sebagai penyebab terjadinya dismenore. Terjadinya
spasme miometrium dipacu oleh zat dalam darah haid, mirip lemak alamiah
yang kemudian diketahui sebagai prostaglandin. Kadar zat ini meningkat pada
keadaan dismenore dan ditemukan di dalam otot uterus.
Suatu
penelitian mendapatkan bahwa kadar PGE dan PGF alfa sangat tinggi dalam
endometrium, miometrium dan darah haid wanita yang menderita dismenore primer.
PG menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut saraf terminal
rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar PG dan peningkatan kepekaan
miometrium menimbulkan tekanan intra uterus sampai 400 mm Hg dan menyebabkan
kontraksi miometrium yang hebat. Atas dasar itu disimpulkan bahwa PG yang
dihasilkan uterus berperan dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium.
Selanjutnya kontraksi miometrium yang disebabkan oleh PG akan mengurangi aliran
darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibat-kantimbulnya
nyeri spasmodik. Jika PG dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran
darah, maka selain dismenore timbul pula pengaruh umum lainnya seperti diare,
mual, muntah.
b)
Hormon steroid seks
Dismenore
primer hanya terjadi pada siklus ovulatorik. Artinya, dismenore hanya timbul
bila uterus berada di bawah pengaruh progesteron. Sedangkan sintesis PG
berhubungan dengan fungsi ovarium. Kadar progesteron yang rendah akan
menyebabkan terbentuknya PGF-alfa dalam jumlah yang banyak. Kadar progesteron
yang rendah akibat regresi corpus luteum menyebabkan terganggunya
stabilitas membran lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2
yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis PG melalui perubahan
fosfolipid menjadi asam arakhidonat.
Ada
penelitian yang menemukan bahwa kadar estradiol lebih tinggi pada wanita yang
menderita dismenore dibandingkan wanita normal. Estradiol yang tinggi dalam
darah vena uterina dan vena ovarika disertai kadar PGF-alfa yang juga tinggi
dalam endometrium.
c)
Sistim saraf (neurologik)
Uterus
dipersarafi oleh sistim saraf otonom (SSO) yang terdiri dari sistim saraf
simpatis dan parasimpatis. Dismenore ditimbulkan oleh ketidakseimbangan
pengendalian SSO terhadap miometrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan
yang berlebihan oleh saraf simpatik sehingga serabut-serabut sirkuler pada istmus
dan ostium uteri internum menjadi hipertonik.
d)
Vasopresin
Wanita
dengan dismenore primer ternyata memiliki kadar vasopresin yang sangat tinggi dan
berbeda bermakna dari wanita tanpa dismenore. Ini menunjukkan bahwa vasopresin
dapat merupakan faktor etiologi yang penting pada dismenore primer. Pemberian
vasopresin pada saat haid menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus dan
berkurangnya darah haid. Namun demikian peranan pasti vasopresin dalam
mekanisme dismenore sampai saat ini belum jelas.
e)
Obstruksi kanalis servikalis
Salah
satu teori yang paling tua dalam menerangkan terjadinya dismenore primer adalah
stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus hiperantefleksi mungkin
dapat menyebabkan stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang
tidak dianggap sebagai factor yang penting sebagai penyebab dismenore prmer.
f)
Psikis
Semua
nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf pusat, khususnya talamus dan
korteks. Derajat penderitaan yang dialami akibat rangsang nyeri tergantung pada
latar belakang pendidikan penderita. Pada dismenore, faktor pendidikan dan faktor
psikis sangat berpengaruh. Nyeri dapat dibangkitkan atau diperberat oleh
keadaan psikis penderita. Seringkali segera setelah perkawinan dismenore hilang
dan jarang masih menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut
(perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologik pada genitalia maupun
perubahan psikis.
2.5.2.
Dismenore Sekunder 2,6,7,8
Dismenore sekunder lebih jarang
ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Penyebab dari
dismenore sekunder adalah: endometriosis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba
falopii, perlengketan abnormal antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD.
2.5.3.
Perbandingan Gejala Dismenore Primer dengan Dismenore Sekunder
2,8,9
Dismenore Primer
|
Dismenore Sekunder
|
usia
lebih muda
|
usia
lebih tua
|
timbul
segera setelah terjadinya siklus haid yang
teratur (ovulatoir)
|
tidak
tentu
|
sering
pada nulipara
|
tidak
berhubungan dengan paritas
|
nyeri
sering terasa sebagai kejang uterus
dan spastik
|
nyeri
terus-menerus dan tumpul
|
nyeri
timbul mendahului haid, meningkat pada hari I dan II dan kemudian menghilang
dengan keluarnya darah haid
|
nyeri
mulai pada saat haid, meningkat sesuai dg banyaknya darah dan menghilang
bersamaan dengan keluarnya darah haid
|
sering
memberikan respons terhadap pengobatan medika mentosa
|
sering
memerlukan tindakan operatif
|
sering
disertai mual, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala
|
Tidak
didapatkan gejala seperti dismenore primer
|
2.6.
DIAGNOSA
Diagnosa dismenore didasari atas ketidaknyamanan saat
menstruasi. Perubahan apapun pada kesehatan reproduksi, termasuk hubungan badan
yang sakit dan perubahan pada jumlah dan lama menstruasi, membutuhkan
pemeriksaan ginekologis. Perubahan-perubahan seperti itu dapat menandakan sebab
dari dismenore sekunder. 1,2,5
2.7.
PENATALAKSANAAN
Pertambahan
umur dan kehamilan akan menyebabkan menghilangnya dismenore primer. Hal ini
diduga terjadi karena adanya kemunduran saraf rahim akibat penuaan dan
hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan. 1,5,6
Untuk
mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya
ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat efektif jika
mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2
menstruasi. Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual,
tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi. 1,2,5,6
2.6.1
Dismenore Primer 2,6,7,8
a.
Penerangan dan nasihat
Perlu
dijelaskan pada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya
untuk kesehatan. Hendaknya diberi penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup,
pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi
tentang haid atau adanya tabu atau takhyul mengenai haid perlu dibicarakan.
Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga
mungkin berguna.
b.
Psikoterapi
Kadang-kadang
pada penderita dengan dismenore primer diperlukan psikoterapi, seperti :
- istirahat yang cukup
- olahraga yang teratur (terutama berjalan)
- pemijatan
- yoga
- orgasme pada aktivitas seksual
- kompres hangat di daerah perut
- olahraga yang teratur (terutama berjalan)
- pemijatan
- yoga
- orgasme pada aktivitas seksual
- kompres hangat di daerah perut
c.
Medikamentosa
-
Analgetika
Untuk
nyeri ringan dapat diberi aspirin, asetaminofen, propoksifen. Sedangkan untuk nyeri
yang berat dapat diberi prometazin, oksikodon, butalbital. Selain itu
diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah.
-
Sediaan hormonal
Tujuan
terapi hormonal adalah untuk menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan
maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer atau untuk
memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa
gangguan. Dapat diberikan progestin, pil kontrasepsi (estrogen rendah dan progesteron
tinggi).
-
Obat nonsteroid antiprostaglandin
Pengobatan
ini memegang peranan yang makin penting terhadap dismenore primer. Kira-kira
70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.
Jenis
obat
|
Dosis
|
Frekuensi
|
aspirin
|
650
mg
|
4-6
kali/hari
|
indometasin
|
25
mg
|
3-4
kali/hari
|
fenilbutazon
|
100
mg
|
4
kali/hari
|
ibuprofen
|
400-600
mg
|
3
kali/hari
|
naproksen
|
250
mg
|
2
kali/hari
|
asam
mefenamat
|
250
mg
|
4
kali/hari
|
asam
meklofenamat
|
50-100
mg
|
3
kali/hari
|
d.
Dilatasi kanalis servikalis
Tindakan
ini dapat memberi keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan
prostaglandin di dalamnya. Neurektomi prasakral ditambah dengan neurektomi
ovarial merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-usaha lain gagal.
2.6.2
Dismenore Sekunder 2,6,7,8
Pada prinsipnya
pengobatan pada kasus nyeri haid sekunder adalah eliminasi penyebab patologis
terjadinya nyeri. Pengobatan ditujukan mencari dan
menghilangkan penyebabnya, disamping pemberian obat-obat bersifat simtomatik.
BAB
III
KESIMPULAN
Dismenore adalah nyeri yang bersifat cramping (dipuntir-puntir),
di bagian bawah perut, punggung bawah bahkan sampai paha. Nyeri ini timbul
besamaan dengan haid, sebelum haid atau bisa juga segera setelah haid.
Patofisiologi dismenore sampai
saat ini masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak
digunakan dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar prostaglandin meningkat.
Ada dua jenis nyeri
haid, yaitu primer dan sekunder. Pembagian ini atas dasar sudah diketahui
sebabnya dan yang belum diketahui sebabnya. Pada yang primer biasanya terjadi
pada umur kurang 20 tahun dan biasanya bisa hilang bila yang bersangkutan
hamil. Sebaliknya yang sekunder terjadi pada umur lebih 20 tahun dan biasanya
dijumpai adanya kelainan pada alat kelamin dalam, seperti infeksi, tumor atau
perlekatan.
Gejala dismenore berupa nyeri
pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan
tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri
tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau
selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari
akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual,
sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah.
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa
diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen, naproksen dan
asam mefenamat). Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum
menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi. Pertambahan umur dan
kehamilan akan menyebabkan menghilangnya dismenore primer. Hal ini diduga
terjadi karena adanya kemunduran saraf rahim akibat penuaan dan hilangnya
sebagian saraf pada akhir kehamilan.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Anonim, Berbagai
Keluhan di Masa Haid , www.kompas.com.
2. Anonim, Dismenore, www.yayasanpermatakita.com.
3. Anonim, Nyeri
haid, www.eMedicine.com.
4. Anonim, Nyeri Haid
Bisa Karena Stres, www.kompas.com.
5. Anonim, Nyeri
Menstruasi ( Dismenore ), www.kesehatan.com.
6. Baziad A. et all,
2005, Ilmu Kandungan, 2nd ed., Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jak.
7. Cunningham, F. Gary,
M.D.; Obstetri Williams Vol. 2,
Ed. 21; Jakarta, EGC, 2006.
8. Galya Junizar, Sulianingsih,
Dharma K. Widya, Pengobatan Dismenore secara Akupunktur, www.eMedicine.com.
9. Mochtar,
Rustam; Sinopsis Obstetri Jilid
2, Ed. 2; Jakarta, EGC, 1998.
(Typed by bajajkt)